Hal itu membuat lifter Indonesia, Windy Cantika Aisah berpeluang bawa pulang perak. Seluruh atlet peraih medali diwajibkan untuk melakukan pengambilan sampel melalui urine untuk dilakukan tes pengecekkan doping. Diberitakan kantor berita ANI yang mengutip sumber menyebut ada penemuan dalam sampel Zhihui.
"Yang berita sekarang itu hasil dari sampel A dan harus dilanjutkan ke pemeriksaan sampel B. Kalau di sampel A dibuka ada indikasi, sampel B diperiksa lagi. Kalau benar sama hasilnya positif [doping] nanti akan ada pengumuman resmi panitia penyelenggara Olimpiade 2-3 hari kemudian," kata Dirja Wiharja, pelatih angkat besi Indonesia yang menemani Windy di Olimpiade Tokyo kepada CNNIndonesia.com, Rabu (28/7).
Di Olimpiade Tokyo, Zhihui telah mencetak rekor dunia 210kg di kelas 49kg. Ia mengalahkan wakil India Mirabai Chanu dengan total angkatan 202kg dan berhak atas medali emas. Sedangkan medali perunggu diraih lifter Indonesia Windy Cantika yang mencatatkan total angkatan 194 kg dari 84 kg snatch dan 110 kg clean and jerk. Windy Cantika juga menjadi penyumbang medali pertama bagi Indonesia di Olimpiade Tokyo.
Jika hasil resmi menyatakan Zhizui terbukti positif doping, medali emas lifter 24 tahun itu akan dicabut. Mirabai Chanu akan naik sebagai peraih medali emas disusul Windy Cantika untuk medali perak dan Wan Ling Fang dari Taiwan berhak atas perunggu Olimpiade Tokyo. Pasalnya, dalam aturan Badan Anti-Doping Dunia (WADA) disebutkan dengan jelas bahwa atlet yang berpartisipasi dalam Olimpiade dilarang menggunakan zat peningkat kinerja, yang mencakup berbagai jenis stimulan.
Setiap atlet yang sampelnya terdeteksi dengan zat terlarang gagal dalam tes doping. Jika terdeteksi sebelum dimulainya pertandingan, dia didiskualifikasi sebagai peserta. Jika sampel ditemukan positif untuk zat terlarang setelah laga, atlet akan ditarik medalinya. Komite Olimpiade Indonesia (NOC) juga bakal mengawal untuk memastikan persoalan doping yang diduga terjadi di cabang angkat besi 49 kg Olimpiade Tokyo 2020.