Baru baru ini, dua atlet muda panjat tebing Indonesia, Veddriq Leonardo dan Kiromal Katibin, berhasil menjadi juara sekaligus memecahkan rekor dunia pada ajang International Federation of Sport Climbing (IFSC) World Cup 2021 di Salt Lake City, Amerika Serikat (30/5/2021). Veddriq Leonardo, atlet panjat tebing asal Kalimantan Barat (Kalbar) tersebut sukses mengungguli rekan setimnya, Kiromal Katibin untuk nomor speed putra.
Sebelumnya, rekor pertama pada hari itu dipecahkan oleh Kiromal dalam putaran pertama babak kualifikasi dengan waktu 5,258 detik, mengungguli Leonardo yang berada di posisi kedua dengan 5,375 detik. Namun, Leonardo melesat memanjat ke atas dinding setinggi 15 meter untuk finis tercepat dengan catatan waktu 5,208 detik dan mengalahkan Kiromal Katibin. Atas capaian itu, kedua atlet tersebut mencatatkan rekor baru dalam kurun waktu beberapa jam saja.
Ini bukan menjadi pretasi pertama yang ditorehkan pemuda kelahiran Pontianak tersebut. Sebelumnya, dia berhasil menyabet perunggu dalam ajang IFSC di Moscow, Rusia pada 2018 silam. Dia juga mendapat medali emas dalam ajang Asian Championship 2019 dan PRA-PON XX Zona 3. Sementara prestasi yang diraih Kiromal Katibin juga cukup menjanjikan. Pemuda kelahiran Batang, 21 Agutus 2001 itu tak hanya menyumbang medali perak nomor speed pada Piala Dunia Panjat Tebing IFSC 2021 di Salt Lake City, Utah, Amerika Serikat, beberapa waktu lalu. Bagi Katibin, raihan di Negeri Paman Sam tidaklah mudah. Dia mempersiapkan diri di pemusatan latihan nasional (Pelatnas) sejak Juli 2020 lalu.
Sebelumnya di bulan Oktober 2019, Atlet panjat tebing putri andalan Indonesia Aries Susanti Puji Rahayu membuat kejutan dengan merebut medali emas pada IFSC World Cup Xiamen 2019 dan pada final mengalahkan atlet peringkat satu dunia Yi Ling Song. Selain merebut medali emas, atlet asal Grobogan Jawa Tengah itu, sukses memecahkan rekor dunia dengan catatan waktu 6,995 detik dan menjadi wanita pertama yang mencatatkan waktu di bawah 7 detik.
Sebagai atlet peringkat tiga dunia, Aries yang beberapa kali meraih gelar internasional ini tidak gentar saat menghadapi Yi Ling Song yang merupakan pemegang rekor dunia sebelumnya yaitu 7,10 detik yang dicetak pada IFSC World Cup Chongqing 2019, 26 April 2019. Pada laga final Yi Ling Song terbilang kurang beruntung karena tertinggal cukup jauh dari atlet Indonesia berusia 24 tahun itu. Andalan tuan rumah China itu hanya membukukan catatan waktu 9,032 detik dan berhak meraih perak.
Sementara itu di bulan Juli 2019, Atlet pelatnas panjat tebing, Alfian M Fajri berhasil mengharumkan nama Indonesia pada ajang IFSC World Cup di Chamonix, Prancis dengan meraih medali emas di nomor speed record. Alfian menjadi yang tercepat di nomor speed record setelah mencatatkan waktu 5,754 detik. Atlet asal Solo, Jawa Tengah itu sukses mengalahkan Zhong Qixan (China) dan Vladislav Deulin (Rusia). Zhong Qixian harus puas meraih perak setelah mencatatkan waktu 6,382 detik. Sementara Deulin duduk di tempat ketiga usai mengalahkan Boldyrev Danyil (Ukraina) di semifinal dengan torehan waktu 6,057 detik.
Hasil ini tak hanya menorehkan prestasi di level individu untuk Alfian, namun medali emas kejuaraan dunia di ISFC World Cup Chamonix juga menorehkan catatan khusus bagi FPTI alias Federasi Panjat Tebing Indonesia. Ini merupakan gelar juara dunia pertama yang diraih atlet FPTI pada gelaran yang berlangsung di benua Eropa. Sebelumnya, mayoritas gelar juara dunia yang diraih skuat panjat tebing Merah-Putih terjadi di seri kejuaraan dunia yang berlangsung di benua Asia, seperti China. Alfian pun sebelumnya juga sukses menjadi juara dunia di nomor speed record IFSC World Cup di Chongqing, China pada April 2019.
Panjat Tebing Indonesia mampu menunjukkan prestasi membanggakan. Ada ambisi lebih besar pada diri mereka yakni emas Olimpiade Prancis 2024 nanti. Sayangnya di olimpiade Tokyo 2020 tidak satu pun dari mereka hadir berjuang menjadi kebanggaan Indonesia. Atlet panjat tebing Indonesia memang mendominasi Asian Games pada tahun 2018. Di kejuaraan dunia pun berprestasi bahkan telah memecahkan rekor dunia. Namun 2 atlet panjat tebing putra dan putri Indonesia ternyata tidak lolos kualifikasi menuju Olimpiade Tokyo 2020.
Salah satu penyebabnya karena di Olimpiade Tokyo 2020 hanya mempertandingkan nomor kombinasi putra dan putri, sementara itu Atlet Indonesia kekuatannya di nomor speed. Untuk nomor kombinasi, apabila ketiga nomer yaitu speed, boulder, dan lead diakumulasikan maka peringkat atlet panjat tebing Indonesia langsung melorot. Pada ajang pra-kualifikasi IFSC Combined Qualifier di Prancis, November 2019, wakil Indonesia gagal bersinar. Aries Susanti dan Alfian M. Fajri gagal tembus enam besar yang merupakan syarat untuk meraih tiket ke Olimpiade 2020.
Pra-kualifikasi di Prancis tersebut merupakan satu-satunya kesempatan bagi Indonesia untuk meraih tiket Olimpiade 2020. Namun, terbukti bahwa atlet panjat tebing Indonesia tak mampu berbicara banyak pada divisi combined. Indonesia masih kekurangan pemanjat tebing yang handal di nomor kombinasi dan hanya unggul di nomor speed. Sementara divisi lain seperti lead dan boulder, masih tertinggal jauh dari negara Asia lain seperti Jepang dan Korea Selatan. Tidak terlaksananya Kejuaraan Asia Panjat Tebing yang juga menjadi kualifikasi terakhir menuju Olimpiade Tokyo pun menjadi penyebab atlet panjat tebing Indonesia gagal melaju ke Olimpiade Tokyo tahun ini.
Nomor speed andalan Indonesia justru tidak dipertandingkan di Olimpiade 2020 Tokyo. Seandainya nomor speed dipertandingkan, optimistis Merah Putih bisa menyumbangkan medali. PB FBTI mengungkapkan bahwa meskipun gagal di Olimpiade Tokyo 2020, namun para atlet panjat tebing indonesia akan mengalihkan fokus jangka panjang yakni Olimpiade Paris Prancis tahun 2024 mendatang. Demikian penyebab Para Atlet Juara Dunia Panjat Tebing - Dinding dan pemecah rekor dari Indonesia tidak hadir di Olimpiade Tokyo tahun ini. Terima Kasih.