Amir Khan adalah sosok yang boleh dibilang unik di dunia olahraga, khususnya olahraga tinju. Muslim Inggris yang sudah menyandang juara dunia itu, masih tinggal bersama kedua orang tuanya. Meski sudah menjadi petinju tingkat dunia, Khan yang dibesarkan di tengah keluarga muslim itu, tetap menghormati nilai-nilai keluarga. Tidak seperti olahragawan lainnya yang mencapai sukses pada usia muda, Khan yang kini berusia 23 tahun, tidak silau dengan ketenarannya dan kehidupan mewah kota besar.
Khan dan keluarganya tetap tinggal di sebuah kota kecil yang sederhana, Bolton, sebelah barat laut Inggris. Ia bahkan masih sering menggunakan kereta di kota kelahirannya itu. Khan sekarang bukan hanya dikenal sebagai petinju sukses tapi juga sebagai panutan komunitas muslim di Inggris. Sebagai petinju yang berlatar belakang muslim dan imigran yang tinggal di negara Barat, Khan mengakui bahwa latar belakangnya itu bisa menjadi isu yang digunakan untuk melemahkan mentalnya di atas ring. Tapi ia mengaku tidak terganggu dengan masalah itu. Ada gambaran yang lebih besar di luar sana dan saya ingin mereka meniru langkah dan apa yang telah saya lakukan. Menjadi panutan memang membuat kita tertekan, tapi saya hanya melakukan apa yang saya sukai,” lanjut Khan.
Kesuksesan sebagai petinju sudah diraih Khan pada usia 17 tahun, ketika ia memenangkan medali perak dalam Olimpiade tahun 2004 di Athena. Pada bulan Mei kemarin, ia memenangkan pertarungan tinju dengan Pauli Malignaggi di New York dan untuk itu ia berhak menyandang predikat petinju dunia WBA kelas menengah. Khan dengan tegas menyatakan bangga sebagai muslim, karena agamanya telah membantunya untuk tetap menjadi orang yang rendah hati meski ia sudah menjadi orang yang sukses dan populer.
Amir Khan, asal Pakistan, juara kelas menengah ringan WBA pada 18 Juli 2009, menjadi juara dunia tinju termuda ketiga dari Inggris setelah Naseem Hamed dan Herbie Hide. Ia juga mantan juara Persemakmuran kelas ringan, Inter-Continental WBO kelas ringan, dan juara kelas ringan WBA internasional. Amir Khan mempertahankan gelar juara dunia pertama kali di kelas menengah ringan WBA sewaktu melawan petinju Ukraina Dmitri Salita di Newcastle pada hari Sabtu.
Meskipun menjadi juara dunia yang mendapatkan beberapa gelar petinju untuk negaranya, Petinju Muslim Inggris Amir Khan masih dihantui oleh tindakan rasisme karena warna kulitnya. Petinju kelahiran Bolton itu mengatakan ia menjadi sasaran rasis sejak kekalahan profesional pertamanya dari petinju Breidis Prescott dari Kolombia, pada bulan September tahun lalu. Namun tindakan rasis itu tidak pernah membuat patah semangat petinju muslim tersebut.
Kebanggaan Briton - Meskipun ia merasa sakit hati oleh tindakan rasis yang ia terima, namun petinju muslim ini bangga untuk mewakili Inggris di panggung tinju internasional. Etnis minoritas Inggris harus mengalami rasa sakit akibat tindakan rasisme, dengan perkiraan 87.000 anggota etnis minoritas menjadi korban dari kejahatan rasial termotivasi. Angka-angka juga menunjukkan bahwa etnis minoritas memiliki pengangguran terburuk dan krisis perumahan di negara itu. Sekitar 70 persen dari semua etnis minoritas tinggal di daerah yang paling miskin, dibandingkan dengan 40 persen dari populasi umum. Khan mengatakan bahwa dia sedang mencoba untuk menjembatani kesenjangan antara masyarakat Asia dan Briton.