Atas saran kakaknya, sesama atlet angkat besi I Gede Suantaka, Widiasih ikut angkat besi. Dia mulai berlatih empat sampai lima kali seminggu. Pada tahun 2008, ia memenangkan medali perunggu di ParaGames ASEAN di Nakhon Ratchasima, sedangkan tahun berikutnya ia menerima medali perak di Olimpiade di Kuala Lumpur. Ia juga meraih medali pada kompetisi tingkat nasional di Surakarta dan Bali. Dia berkompetisi di kelas 40 kilogram.
Widiasih berkompetisi di ASEAN ParaGames 2011, yang diadakan di Surakarta pada bulan Desember, setelah kelasnya hampir dipotong oleh wasit sebagai "tidak sah". Dia membuat rekor untuk kelas 40 kilogram mengangkat 87 kilogram, rekor sebelumnya adalah 85 kilogram. Upaya ini juga membuatnya mendapatkan medali emas. Untuk cabang olahraga ia diasuh oleh Agus Sugiharto. Pada bulan Februari 2012 ia memenangkan medali perunggu di Malaysia Open Powerlifting Championship di Kuala Lumpur.
Widiasih masuk dalam daftar enam anggota untuk bersaing di Paralimpiade Musim Panas 2012 di London. Dia adalah satu-satunya dari Indonesia yang berkompetisi dalam powerlifting yang berkompetisi di kelas 40 kilogram. Ni Nengah Widiasih mengikuti ajang olahraga Paralympic Games Tokyo 2020. Cabang olahraga yang diikuti oleh Ni Nengah Widiasih di Paralympic Games Tokyo 2020 adalah powerlifting atau angkat besi. Selain Ni Nengah Widiasih, ada 22 atlet Indonesia lainnya yang akan ikut di Paralympic Games Tokyo 2020 dimulai pada 24 Agustus 2021 hingga 5 September 2021.
Atlet powerlifting Indonesia, Ni Nengah Widiasih, bertekad mengulang prestasi lima tahun lalu dengan mengibarkan bendera Merah Putih di Paralimpiade Tokyo 2020. National Paralympic Committee (NPC) Indonesia menargetkan Ni Nengah meraih medali perunggu di Paralimpiade Tokyo 2020. Namun, ia bertekad untuk bisa memberikan lebih dari yang telah ditargetkan.